Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemui
beberapa fenomena alam yang selalu terjadi setiap harinya. Dari berbagai fenomena
yang selalu terjadi ini lah
manusia mulai berfikir apa penyebab terjadinya fenomena –fenomena
harian tersebut. Seperti yang selalu
kita alami, setiap pagi kita akan menyaksikan matahari terbit dari arah timur,
dan akan tenggelam pada sore hari di arah barat, dan begitu pula benda-benda
langit yang lain.
Dari berbagai fenomena harian yang terjadi apakah kita
mengetahui apa penyebab dan akibat dari fenomena tersebut?
Oleh karenanya dalam kesempatan kali ini kami akan memaparkan sedikit
penjelasaan tentang penyebab dan akibat dari fenomena harian tersebut, dengan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki ini semoga bermanfaat J
Fenomena alam harian ialah fenomena alam yang terjadi setiap
hari. Seperti terjadinya siang dan malam, terbit dan tenggelamnya benda-benda langit,
dan lain-lain. Fenomena ini terjadi terus menerus setiap hari sepanjang tahun,
sehingga oleh sebagian manusia digunakan sebagai penanda waktu pelaksanaan
kegiatan keagamaan dan lainnya.[1]
Ketika
kalender dan jam belum ditemukan orang-orang terdahulu selalu mengamati
fenomena-fenomena alam harian sebagai tanda waktu pelaksanaan ibadah, dan
sampai saat inipun masih digunakan walaupun hanya sebian kecil kelompok yang
menggunakannya. Seperti dalam pelaksanaan sholat lima waktu, patokan yang kita
gunakan adalah pergerakan dari matahari yang akan berada pada posisi-posisi
tertentu jika diamati dari bumi dan pada posisi-posisi tertentu tersebutlah
sholat harus dilaksanakan.
Fenomena
alam harian pada dasarnya merupakan fenomena yang terjadi akibat dari
pergerakan bumi. Beragam pergerakan bumi mengakibatkan berbagai fenomena alam
pula. Seperti terbit dan tenggelamnya benda-benda langit, pasang surut air laut
pergantian musim dan lain sebagainya.
Seperti yang kita amati setiap hari, matahari, bulan, bintang, dan benda langit lainya akan terlihat berjalan
mengelilingi bumi, fenomena inilah yang akan menyebabkan terjadinya siang dan
malam di bumi. Yang menjadi penyebab terjadinya fenomena ini adalah perputaran
bumi pada porosnya dari barat ke timur yang berjalan dalam sehari semalam sekitar 23 jam 56 menit 4 detik. Akibat
dari perputaran bumi ini, benda-benda langit termasuk matahari, bulan dan
bintang-bintang terlihat beredar setiap hari dari arah timur ke arah barat
sejajar dengan lingkaran equator. Peredaran matahari dari arah timur ke barat
bukanlah peredaran sesungguhnya, melainkan akibat perputan bumi. Oleh karena
itulah peredaran matahari itu disebut dengan peredaran “semu harian matahari”.[2]
Apabila di suatu tempat matahari sedang berada tepat di atasnya,
kemudian bumi itu berputar (berotasi) ke arah timur, maka setelah 23 jam 56
menit tempat itu telah melakukan satu putaran penuh yaitu (360 derajat), tetapi
matahari belum tepat di atas tempat itu lagi, dan untuk sampai ke kulminasi[3]
atas seperti pada waktu kemarinnya lagi, matahari masih membutuhkan waktu 4
menit lagi. Rupanya dalam jangka waktu 23 jam 56 menit itu matahari telah
bergerak semu ke arah timur langit sebesar 1 derajat, dan sebenarnya gerak ini
sebagai akibat dari gerak evolusi bumi.
Bumi yang berputar pada porosnya dari barat ke timur
setiap harinya akan menyebabkan beberapa akibat yang luarbiasa diantaranya:
a. Terjadinya peristiwa siang dan malam
Matahari memberikan sinarnya kesegala penjuru bumi yang
merupakan planet ke tiga. Karena bumi berbentuk bulat bola maka di satu sisi
terjadi siang dan di sisi lain akan terjadi malam. Dan antara bagian permukaan
bumi yang mendapatkan siang dan permukaan yang mendapatkan malam memiliki batas
yang diberi nama lingkaran bayangan.
b. Gerak semu benda-benda langit
Pada malam hari peristiwa ini bisa dilihat apabila kita
memandang langit pada siang kemudian malam hari, akan terlihat perubahan pada
kedudukan benda langit, ini disebabkan karena bumi ini berotasi dari barat ke
timur. Nampak oleh kita matahari, bulan, bintangterbit dari ufuk timur dan
terbenam di ufuk barat.[4]
c.
Adanya perbedaan waktu
Dengan adanya rotasi bumi maka akan mengakibatkan
perbedaan waktu. Perbedaan waktu tersebut adalah sebesar 1 jam setiap 15
derajat atau 4 menit setiap 1 derajat. Konversi ini diperoleh dari waktu yang
diperlukan untuk satu kali putaran penuh (360 derajat) selama 24 jam. Atas
dasar ini yang menjadikan pembagian waktu di dunia.[5]
Di Indonesia pembagian waktu dibagi menjadi tiga wilayah
bagian:
1. Waktu indonesia bagian barat (WIB) sesungguhnya adalah
waktu pada meridian (bujur) 150 derajat BT, yang dijadikan waktu standar untuk
indonesia wilayah barat adalah 7 jam lebih dahulu dari waktu Greenwich Mean
Time (GMT).
2. Waktu indonesia bagian Tengah (WITA) sesungguhnya adalah
adalah waktu pada meridian 120 derajat BT, sama dengan 8 jam lebih dulu dari
GMT
3. Waktu indonesia bagian timur (WIT) sesungguhnya adalah
waktu pada maridian 135 derajat BT, sama dengan 9 jam lebih dulu dari GMT.[6]
d. Perubahan arah angin
Menurut hukum Boys Ballot, angin angin akan
bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum ke daerah yang tekanannya
minimum, jiga disebabkan karena adanya bembelokan dari bumi bagian utara
kekanan, dan bagian bumi selatan ke kiri.
Atau angin yang datang dari selatan khatulistiwa menuju
khatulistiwa membelok ke kiri, sedangkan yang datang dari utara khatulistiwa
menuju khatulistiwa membelok ke kanan
e. Perubahan lama siang dan malam
Gerak bumi yang
sering di sebut dengan gerak semu harian maraharipun berdampak pada lama sing
dan malam di belahan bumi. Ketika matahari menempati kedudukan tepat di garis
katulistiwa yaitu pada tanggal 21 maret dan 23 september maka semua tempat di
bumi akan mengalami panjang malam dan siang yang sama yaitu 12 jam
Namun ketika pada tanggal 21 juni bumi belahan utara akan
mengalami siang yang lebih panjang daripada malam. Sedangkan belahan bumi
selatan akan mengalami keadaan yang sebaliknya yaitu malam lebih panjang
daripada siang. Sedang daerah sekitar lingkaran kutub utara mengalami siang
selama 24 jam penuh. Dan sebaliknya pada daerah lingkar kutub selatan akan
mengalami malam penuh selama 24 jam.
Pergantian musim di bumi merupakan akibat dari revolusi bumi.
Dalam revolusinya sumbu bumi miring 66,5 derajat terhadap bidang eliptika,
sehingga gerakan revolusi bumi tidak sejajar dengan equator bumi, melainkan
membentuk sudut sebesar 23,5 derajat. Dengan demikian pada waktu tertentu
terjadi musim panas atau musim dingin. Alternatif paparan ini adalah bumi
berputar pada orbitnya. Oleh karena itu, pada waktu tertentu terlepas dari
musim belahan bumi utara dan selatan mengalami musim yang berlawanan. Perbedaan
musiman antara belahan bumi disebabkan oleh orbitelips bumi. Bumi mencapai
perihelion (titik pada orbitnya paling dekat dengan matahari) pada januari, dan
mencapai aphelion (titik terjauh dari matahari) pada bulan juli. Meskipun efek
ini pada musim bumi adalah kecil, tetapi terasa dingin belahan bumi utara dan
musim panas di belahan selatan.
[1]
Selamet Hambali, pengantar Ilmu
Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta, Yogyakarta : Bismillah
Publiser, 2012 hlm.176
[2]
Ahmad Maimun, Ilmu Falak Teori Dan Praktik, KUDUS: 2011.
Hlm.21-22
[3] Kulminasi adalah suatu istilah yang
dipergunakan untuk menyatakan bahwa pada saat itu suatu benda langit mencapai
ketinggian yang tertinggi pada peredaran semu hariannya.
[4]
Selamet Hambalo Op.cit
hlm.199
[6]
Ahmad izzudin, Ilmu Falak
Praktis, Semarang, Pustaka Rizqi Putra, 2012 hlm.33
No comments:
Post a Comment