A.Pengertian Kiblat
Menghadap kiblat merupakan salah
satu dari beberapa syarat sahnya sholat, dimana sholat seseorang tidak akan sah
tanpa menghadap kiblat. Namun apa yang dimaksud dengan kiblat yang sering kita
dengar ?.
Secara bahasa atau etimologi kata Al-qiblah
disebutkan sebanyak 4 kali dalam Al-Qur’an.[1]Diambil
dari bahasa arab قبل, يقبل, قبلة yang artinya menghadap. Dalam kamus Al-Munawwir
kata Al-qiblah diartikan sebagai ka’bah[2].Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai arah ke ka’bah di Mekah (pada
waktu shalat). Sementara itu, dalam Ensiklopedi Hukum Islam kiblat diartikan
sebagai bangunan ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan
sebagian ibadah[3].Syaikh
Abu bakar menjelaskan dalam kitab I’anah al-Thilibin bahwa kiblat
menurut bahasa berarti arah, yang dimaksud disini adalah ka’bah.
Kiblat yang mempunyai pengertian
arah, berarti identik dengan kata jihah dan syathrah, yang dalam bahasa latin
di kenal dengan istilah. Dalam wacana ilmu falak azimuth diartikan sebagai arah
yang posisinya di ukur dari arah utara sepanjang lingkaran horizon searah jarum
jam[4].Adapun
kata kiblat menurut istilah (terminologi) para Ulama’ bervariasi memberikan
definisi tentang arah kiblat antara lain :
1.
Abdul ‘Azizi Dahlan, mendefinisakan
kiblat sebagai bangunan ka’bah atau arah yang
Ditujukaum Muslimin dalam
melaksanakan sebagian ibadah[5].
2.
Harun Nasution, mengartikan kiblat
sebagai arah untuk menghadap pada waktu shalat[6].
3.
Mochtar Effendy, mengartikan kiblat
sebagai arah shalat, arah ka’bah di kota makkah[7].
Sementara
itu, terdapat ahli falak yang mengaitkan pengertian arah kiblat dengan
paradigma bumi sebagai planet yang bulat sehingga seseorang yang menghadap
kiblat hendaknya mengambil arah yang paling dekat. Hal ini didasarkan
pada teori bumi
bulat yang implikasinya antara menghadap dan membelakangi itu sama, yang
membedakan hanyalah jarak tempuh.
Adapun
pengertian arah kiblat yang mengaitkan dengan jarak tempuh dapat dilihat pada
beberapa rumusan ulama’ antara lain:
1.
Slamet Hambali, memberikan definisi arah kiblat yaitu arah menuju ka’bah
(makkah) lewat jalur terdekat yang mana setiap Muslim dalam melaksanakan sholat
harus mengarah ke arah tersebut.
2. Muhyidin
Khozin, yang mendefinisikan arah kiblatadalah arah ataujarak terdekat sepanjang
lingkaran besar yang melewati ka’bah (Makkah) dengan tempat korta yang
bersangkutan[8]
Dari
berbagai definisi di atas bahwa kiblat adalah arah terdekat dari seseorang
menuju ka’bah dan setiap umat Muslim wajib menghadap ke arahnya saat
melaksanakan Shalat Dengan kata lain,
arah kiblat dalah suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan
ibadah shalat dan ibadah-ibadah lain. Arah kiblat adalah arah ka’bah atau wujud
ka’bah. Singkatnya, kiblat adalah arah terdekat dari seseorang menuju ka’bah
pada waktu mengerjakan ibadah shalat[9]
B.
Dasar Hukum Menghadap Kiblat
a. Dasar hukum dari Al-Qur’an
1. Firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 144
قد نرى تقلب
وجهك فى السماء فلنولينك قبلة ترضها فول وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ما
كنتم فولوا وجوهكم شطره وان الذين اوتوا الكتاب ليعلمون انه الحق من ربهم وما
الله بغافل عما يعلمون
Artinya : “ Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami Memalingkan kamu ke arah
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
( Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya,
dan allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (QR.
Al-Baqarah(2);144)
2. Firman
Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 150
ومن حيث خرجت
فول وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره لئلا يكون للناس عليكم
حجة الا الذين ظلموا فلا تخشوهم واخشوني ولأتم نعمتي عليكم ولعلكم تهتدون
Artinya : “ Dan darimana saja kamu
keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arahMasjidil Haram, dan dimana
saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya,agar tidak
ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Dan agar
Ku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu dan supaya kamu dapat petunjuk (QR.
Al-Baqarah(2): 50)
b. Dasar hukum dari Hadits
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
حدثنا ابوبكرابن شيبة حدثنا عفان
حدثنا حماد بن سلمة عن ثابت عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي نحو
بيت المقدس فنزلت " قد نرى تقلب وجهك فى السماء فلنولينك قبلة ترضها فول وجهك
شطر المسجد الحرام " فمر رجل من بنى سلمة وهم ركوع فى صلاة الفجر وقد صلوا
ركعة فنادى ألا ان القبلة قد حولت فمالوا كماهم نحو القبلة. (رواه مسلم)
Artinya
: “ barcerita Abu Bakar bin Abi Saibah, bercerita ‘Affan,
bercerita Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas: “ Bahwa sesungguhnya
Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang sholat menghadap Baitul Maqdis,
kemudian turunlah ayat “ Sesungguhnya Aku melihat mukamu sering menengadah ke
langit, maka sungguh kami palingkan mukamu ke kiblat yang kamu kehendaki.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram”. Kemudian ada seseorang dari Bani
Salamah bepergian, menjumpai sekelompok sahabat sedang ruku’ pada sholat fajar.
Lalu Ia menyeru “ sesungguhnya kiblat telah berubah “. Lalu mereka berpaling
seperti kelompok nabi, yakni kearah Kiblat” (HR. Muslim)
2. Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari
قال ابوهريرة رضي الله تعالى عنه قال
: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : استقبل القبلة وكبر. (رواه البخارى)
Artinya : “ Dari Abi Hurairah r.a
berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ Menghadaplah kiblat lalu takbir ” (HR.
Bukhari)
حدثنا مسلم قال : حدثنا هشام قال :
يحي بن ابى كثير عن محمد بن عبد الرحمن عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم يصلي على راحلته حيث توجهت . فإذا أراد الفريضة نزل فاستقبل القبلة. (رواه
البخارى)
Artinya : “ Bercerita Muslim,
bercerita Hasyim Yahya bi Abi Katsir dari Muhammad bin Abdurrahman dari Jabir
berkata : Ketika Rasulullah SAW Sholat di atas kendaraan )tunggangannya)
Beliau menghadap kea rah sekehendak tunggangannya, dan ketika Beliau hendak
melakukan Sholat fardluBeliau turun kemudian menghadap kiblat .” (HR. Bukhari)
3. Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Tirmidzi
ما بين
المشرق والمغرب قبلة (رواه ابن مجه و ترمذى)
Artinya : “ Diantara arah barat dan timur disitulah
Qiblat” (HR, Ibnu Majjah dan Tirmidzi)
4.Hadist
yang diriwayatkan oleh Imam Al-baihaqi
ما بين
المشرق والمغرب قبلة اذا توجه نحو البيت (رواه البيهقي(
Artinya : “Di antara timur dan
barat terdapat kiblat, jika seseorang menghadapnya ke arah
baitullah”(HR.Al-Baihaqi)
البيت قبلة
لأهل المسجد والمسجد قبلة لأهل الحرام والحرام قبلة لأهل الأرض في مشارقها
ومغاربها من امتي (رواه البيهقي(
Artinya :“ Baitullah kiblat bagi
penghuni Masjidil Haram, Masjidil Haram kiblat bagi penghuni tanah haram, tanah
Haram kiblat bagi penduduk bumi di penjuru timur dan
barat dari umatku” (HR.Al-Baihaqi)
Berdasarkan dalil-dalil di atas
dapat di ketahui bahwa menghadap kiblat merupakan suatu keharusan yang
melaksanakan shalat, sehingga para ahli fiqih (hukum islam) bersepakat
mengatakan bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat. Oleh karena
itu tidak sah shalat seseorang tanpa menghadap kiblat (ka’bah). Dan ka’bah
merupakan kiblat bagi orang-orang yang melaksanakan shalat di Masjidil Haram
(masjid di sekeliling ka’bah di Makkah). Masjidil Haram merupakan kiblat bagi
orang-orang yang shalat di Makkah dan sekitarnya. Dan kota Makkah itu sendiri
merupakan kiblat bagi orang-orang yang melaksanakan shalat jauh dari kota
Makkah (daerah yang berada di luar kota Makkah).
C. Interpretasi Ulama Mengenai Arah Kiblat
Para ulama’ telah sepakat tentang
Ka’bah merupakan kiblat bagi seluruh umat islam dalam melakukan kewajiban
ibadah sholat, akan tetapi dalam tataran teknis dan tata laksana dalam
menghadap kiblat, terdapat perbedaan pendapat, terutama pada teritorial daerah
yang jauh dari ka’bah.
Beberapa ulama mempunyai
interpretasi tersendiri dalam kiblat bagi orang yang jauh dari ka’bah. Dapat
kita lihat bebrapa perbedaan interpretasi terhadap dalil-dalil yang telah ada
dalam Al-Qur’an dan Hadits diantaranya :
Ø Imam
Hanafi
Beliau berijtihad, bagi orang yang
jauh dari ka’bah maka ia wajib menghadap kiblat dengan jihatul ka’bah. Yang
dimaksud jihah yaitu arah yang menuju ka’bah itu sendiri.
Ø Imam
Maliki
Bagi orang yang berada di luar
Makkah hanya cukup dengan menghadap ke arah kiblatnya saja, tanpa harus
menghadap ke ainul ka’bah. Walau demikian tentunya ada syaratnya yaitu sebagian
dari wajahnya diharuskan menghadap ke arah ka’bah.
Ø Imam
Syafi’i
Menurut beliau, bagi orang
yang jauh dari ka’bah maka wajib baginya tatkala hendak melaksanakan sholat
harus berijtihad untuk mencari arah kiblat dengan betul, baik dengan
petunjuk-petunjuk dari bintang, matahari, bulan, gunung arah berhembusnya angin
dan setiap apa saja yang ada padanya yang dapat menjadi petunjuk kepada kiblat[10]
ØImam Hambali
Beliau berpendapat, bagi orang yang
jauh dari ka’bah maka ia tidak terkena taklif menghadap ainul ka’bah. Namun ia
diwajibkan menghadap jihatul ka’bah dengan cara mengikuti arah mihrab masjid
umat islam atau bertanya pada orang yang tsiqoh mengenai arah kiblat[11]Demikianlah,
wajar bagi setiap ulama mempunyai interpretasi tersendiri dalam memaknai arah
kiblat bagi orang yang jauh dari ka’bah. Perbedaan tersebut berpangkal pada
penafsiran ayat-ayat al quran dan hadits mengenai arah kiblat tersebut.
Dari berbagai perbedaan
tersebut, Hasbi menyarankan kepada kaum muslimin untuk mengetahui posisi Baitl
Haram. Artinya dimana pun mereka berada, baik di timur atau barat, baik di
utara atau selatan ka’bah mereka harus menghadapkan wajah mereka ke arah ka’bah
di waktu sholat. Sehingga dalam melakukan salat tidak terjebak dalam satu arah
sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang Nasrani (hanya menghadap ke timur)
atau orang-orang Yahudi (hanya menghadap ke barat. Oleh karena itu, kaum
Muslimin hendaknya mempelajari ilmu bumi dan ilmu falak.
Diceritakan bahwa pelaksanaan shalat
orang-orang Islam di Suriname ada yang menghadap ke arah barat serong ke utara
dan adapula yang menghadap ke arah timur serong ke utara. Hal ini karena orang-
orang Suriname berasal dari Indonesia dan berkeyakinan
bahwa shalat itu harus menghadap barat serong ke
utara, sebagaimana sewaktu di Indonesia. Namun orang-orang yang sudah
mengetahui arah kiblat yang sebenarnya, mereka menghadap ke timur serong ke
utara sebesar 210 43’ 50.80’’ (T-U)
D. Cara Menentukan Arah Kiblat
Ada banyak cara dalam menentukan
arah kiblat, diantaranya dengan cara melihat tanda-tanda alam, seperti melihat
bintang, hembusan angin, dll. Namun Ilmu Falak juga memberi solusi dalam
menentukan arah kiblat. Ilmu falak mempersembahkan dua cara dalam menentukan
arah kiblat dan cara inilah yang sering digunakan pada saat ini, yaitu pertama
dengan Memanfaatkan bayang-bayang Matahari dan kedua dengan memanfaatkan
arah utara geografi atau yang biasa disebut utara sejati (true north).
Metode Bayang-Bayang Matahari
Metode ini dalam bahasa arab biasa
disebut dengan Rashdul Qiblat (Bayang-bayang kiblat). Cara ini
memanfaatkan bayang-bayang matahari, dimana pada waktu-waktu tertentu Matahari
tepat berada di atas Ka’bah. Sehingga bayang-bayang sesuatu (misalnya tongkat)
yang ditimbulkan oleh cahaya matahari tegak lurus dengan Ka’bah. Cara inilah
yang paling praktis dan bebas hambatan, hambatan yang terjadi hanya ketika
langit berawan atau mendung, sehingga menghalangi cahaya matahari tidak dapat
menembusnya.
Sudah menjadi
siklus tahunan, Matahari akan berada pada titik zenith ka’bah yaitu 210
25’ LU dan 390 50 BT. Siklus ini terjadi dua kali dalam satu tahun,
yaitu setiap tanggal 28 Mei (untuk tahun bashithah) atau tanggal 27 mei
(untuk tahun kabisat) pada pukul 16. 17. 58.16 WIB, dan juga pada
tanggal 15 Juli (untuk tahun bashithah) dan 16 Juli (untuk tahun kabisat)
pada pukul 16. 26. 12.11 WIB[12]Namun
selain pada hari-hari tersebut mestinya juga dapat ditentukan jam rusydul
qiblat. Tetapi perlu diketahui bahwa jam rusydul qiblat tiap hari mengalami
perubahan karena terpengaruh oleh deklinasi matahari.
Langkah-langkah
yang perlu di tempuh dalam melakukan metode ini adalah :
1. Menghitung arah kiblat
suatu tempat
2.Menghitung saat kapan matahati membuat bayang-bayang
setiap benda (tegak) mengarah persis ke ka’bah.
3. Mengamati bayang-bayang
tersebut kemudian diabadikan sebagai arah kiblat.
Caranya mengeceknya yaitu dengan meletakkan satu
tegakan (tongkat atau sejenisnya) di tempat yang terkena cahaya matahari,
kemudian amati jatuhnya bayangan yang terbentuk oleh cahaya matahari, kemudian
arah bayangan itulah yang menjadi sebagai arah kiblat[13]Metode
Azimuth Kiblat
Metode azimuth
kiblat, yaitu metode yang menggunakan arah atau garis yang menuju ke kiblat.
Untuk menentukan azimuth kiblat diperlukan data lintang dan bujur tempat yang
akan diukur arah kiblatnya serta data lintang dan bujur kota mekah.
Langkah-langkah
untuk menentukan arah kiblat dengan metode ini adalah, pertama kita harus
mengetahui Lintang (urd al-balad) dan Bujur Tempat (thul al-balad)
yang akan ditentukan arah kiblat kemudian kita harus mengetahui lintang dan
bujur tempat ka’bah, dan selanjutnya dimasukkan kepada rumus-rumus yang telah
ada.
Untuk
mengetahui lintang dan bujur suatu tempat setidaknya terdapat bebrapa cara:
1. Berpedoman
pada daftar lintang dan bujur tempat yang terdapat di buku-buku falak
2. Berpedoman
pada peta
3. Berpedoman pada alat GPS
(Global Positioning System)
Kemudian
untuk lintang dan bujur letak kota Makkah, sebagaimana dalam daftar Kota-kota
penting di Dunia oleh Susiknan Azhari, menyebutkan bahwa Lintang Makkah 210
30’ LU dan Bujur Makkah 390 50’ BT.
Setelah
data-data lintang tersebut telah diketahui, maka selanjutnya diramu dalam
beberepa rumus yang telah ada seperti Rumus Cosinus dan rumus sinus,
Menggunakan Analogi Napier, Rumus Cosinus dan sudut Pembantu.
E. Perananan
Ilmu Falak Terhadap Penentuan Arah Kiblat
Ilmu falak dari zaman ke zaman telah
mengalami perkembangan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual
dikalangan kaum muslimin, begitu pula dalam penentuan arah kiblat, metode
maupun alat-alat yang digunakan pun bermacam-macam menyesuaikan keadaan
zamannya masing-masing, mulai dari alat yang sederhana sampai alat-alat modern,
mulai dari miqyas, tongkat istiwa’, rubu’ mujayyab, kompas, sampai
theodolit, semuanya sangat membantu dan bermanfaat dalam menentukan arah
kiblat. Oleh karena itulah, betapa pentingnya peranan Ilmu Falak terhadap
penentuan arah kiblat.
[1]Kata Qiblat
dalam Al-Qur’an diartikan (1) Kiblat (QS. AL-Baqarah : 142-145) dan (2) Tempat
Sholat (QS. Yunus:87). Lihat Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemah,
(Madinah:Mujamma’ Khadim Al-Kharamain) Hal. 320
[2]Achmad Warson Munawwir. Kamus
Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, cet. I (Yogyakarta:Pustaka Progressif),
hal. 1169
[3]Abdul Aziz
Dahlan, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Cet. I, (Jakarta:Ichtiar Baru Van
Hoeve. 1997) Jilid 3 Hal 944.
[4]. Mohammad
Murtadho, .Ilmu Falak Praktis ,(Jogjakarta: SUKSES offset,2008) hlm.124
[7]MochtarEffendy.Ensiklopedi
Agama dan Filsafat, (Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya,2001).hlm.49
[9]Ahmad
Izzuddin, ILMU FALAK PRAKTIS(Metode Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi
Permasalahannya), 2006, Semarang : Kemala Grafika, hal. 21
[11]Abdullah bin
Muhammad bin Qudamah Al Maqdisy, Al Muqniu fi fiqh Imam As sunnah Ahmad bin
hambal As syaibani ( Beirut : Dar Al kktub Al Islamiyah. Tth ), hal
26-27.
[12]Mohammad
Murtadho,op.cit. hal. 165
No comments:
Post a Comment