Tarikh
atau penanggalan sangatlah penting adanya dalam kehidupan masyarakat. Tanpa
adanya penanggalan masyarakat akan kesulitan untuk mengingat atau menandai
suatu peristiwa dan juga kesulitan untuk memperingati suatu peristiwa. Coba
kita bayangkan apabila sampai saat ini belum ditemukan sebuah system
penanggalan, pastilah akan sulit bagi kita untuk merencanakan pengadaan suatu
acara, itu sangatlah sulit bahkan untuk dibayangkan, ketika kita akan membuat
suatu undangan apa yang akan kita tulis untuk menandai waktu pelaksanaan
acaranya.
Tarikh
Miladiah atau Kalender masehi biasanya disebut juga dengan sebutan The Messianic (kalender keristen). Penggunaan istilah masehi bagi tarikh
miladiah dipopulerkan oleh missionaris Kristen.
Kata masehi merupakan sebuah julukan bagi pengikut keristen, jamaknya
Masihiyyun.
Dasar
perhitungan kalender masehi berdasarkan peredaran matahari semu, yang dimulai
matahari berada pada titik aries (buruj
Haml) hingga kembali ke titik semula. Tarikh Miladiah atau kalender masehi sudah
digunakan jauh sebelum dilahirkannya Nabi Isa AS yakni diciptakan dan
diproklamirkan pertama kali oleh Numa
Pompilus pada tahun berdirinya kerajaan Roma tahun 753 SM. Dengan
menetapkan panjang satu tahun adalah 366 hari. Pada saat itu bulan yang pertama
adalah bulan Maret, karena posisi matahari di titik aries itu terjadi pada
bulan maret bulan yang kedua april dan kemudian yang terakhir adalah February.
Baru
kemudian pada tahun 46 SM, ketika bulan Juli menurut penanggalan Numa, akan
tetapi posisi matahari masih berada pada posisi bulan Maret, oleh karenanya
atas saran dari ahli astronomi dari Iskandaria yang bernama Sosigenes oleh Yulian Caesar yang
menjabat sebagai penguasa Romawi penanggalan Numa tersebut diubah dan
disesuaikan dengan posisi matahari yang sebenarnya, yaitu dengan penanggalan
yang sedang berjalan sebanyak 90 hari dan menetapkan pedoman baru bahwa satu
tahun adalah 365,25 hari. Dengan demikian ditetapkan pula bahwa dalam 4 tahun
terdapat tiga tahun pendek (tahun bashitoh) berumur 365 hari dan satu tahun
panjang (tahun kabisat) berumur 366 hari, yang mana apabila bilangan tahun
tidak habis dibagi dengan empat maka dinamakan tahun bashitoh, begitu juga
sebaliknya. Selisih hari ini diberikan pada bulan yang terakhir, yang mana pada
masa itu bulan yang terakhir adalah bulan februari. Penanggalan koreksi ini
yang kemudian dikenal dengan penanggalan yulias atau kalender yulian.
Perlu
diketahui dalam kalender Yulian ini untuk bulan Januari, Maret, Mei, Juli,
September, dan Nopember ditetapkan 31 hari; sedangkan pada bulan April, Juni,
Agustus, Oktober, dan Desember masing-masing 30 hari. Khusus bulan February
pada tahun Bashitoh 29 hari dan 30 hari pada tahun Kabisat.
Penanggalan
yang dimulai dengan January dan diakhiri dengan bulan dsember ini berawal
ketika diadakan sidang Dewan Gereja yang pertama kalinya. System ini yang
kemudian dikenal dengan nama system Yustinian.
Terjadinya
pergantian dari kalender Julian ke kalender Gregorian desebabkan oleh adanya
selisih panjang satu tahun kalender Julian dengan panjang rata-rata tahun
tropis (tropical year). Yang mana
panjang satu tahun kalender Julian adalah 365,2500 hari. Sementara panjang
rata-rata tahun tropis adalah 365,2422. Berarti dalam satu tahun terdapat
selisih 0,0078 hari atau hanya sekitar 11 menit. Namun selisih ini akan menjadi
satu hari dalam jangka waktu 128 tahun. Jadi dalam ratusan atau ribuan tahun,
selisih ini akan menjadi sangat besar hingga beberapa hari. Jika dihitung dari
tahu 325 M (saat Konsili Nicaea musim semi atau Verna kuinoks jatuh pada 21
maret) sampai dengan tahun 1582, terdapat selisih sebanyak (1582-325) X 0,0078
hari = 9,8 hari atau hampir sama dengan 10 hari. Hal ini dibuktikan dengan musim
semi pada tahun 1582, dimana vernal ekuinoks jatuh pada tanggal 11 maret, bukan
sekitar tanggal 21 maret seperti biasanya. Hal ini yang kemudian menarik
perhatian paus Gregorian XIII yang kemudian mengumpulkan para ahli astronomi
untuk melakukan perhitungan ulang yang menghasilkan perhitungan kalender baru
versi Gregorian sebagai koreksi kalender Yulian yang berlaku sejak era Yulius
Caesar. Waktu itu Kamis sore tanggal 4 Oktober 1582, paus Gregorian
memerintahkan kepada segenap penduduk Roma supaya Keesokan harinya (hari
jum’at), saat mereka terbangun dari tidur mereka harus menadari bahwa saat itu
sudah tanggal 15 Oktober 1582 bukan lagi 5 Oktober 1582 dan di tetapkan bahwa
peredaran matahari semu dalam satu tahun adalah 365,2425 hari, sehingga ada
ketentuan baru yaitu jika bilangan suatu tahun habis dibagi 4 akan tetapi tidak
habis dibagi 100, maka termasuk tahun kabisat. Jika habis dibagi 100 tapi tidak
habis dibagi 400 maka bukan tahun kabisat. Dan jika habis dibagi 400 maka
termasuk tahun kabisat. Serta ditetapkan pula bahwa kelahiran Isa al-Masih
dijadikan sebagai tahun pertama.
Dalam
kalender Gregorian, panjang rata-rata satu tahun adalah 365,2425 hari yang
hampir sama dengan panjang satu tahun tropis sebesar 365,2422. Selisihnya dalam
satu tahu adalah 0,0003 hari atau sekitar 25,29 detik. Dengan demikian maka
akan terjadi selisih satu hari dalam kurun waktu 3333,3333 tahun lamanya.
Selisih waktu tersebut apabila di sesuaikan dengan kalender Miladiah maka akan
jatuh pada tahun 3334 miladiah yang akan datang.
Dalam
kalender Gregorian setiap 4 tahun merupakan satu siklus (1461 hari). Setiap
tahun ada 12 bulan yang di mulai dari January, February, Maret, April Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember. Pada bulan
januari, maret, mei, juli, agustus, oktober, dan desember masing-masing berumur
31 hari, sedangkan yang lainnya berumur 30 hari, kecuali bulan February yang
memiliki umur 28 hari pada tahun bashitoh dan 29 hari pada tahun kabisat.
Demikian
sedikit pemaparan yang dapat kami sampaikan dari keterbatasan pengetahuan kami,
kritik dan saran untuk meluruskan tulisan ini sangat kami nantikan J
Daftar Bacaan
Ahmad
Maimun, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Kudus
2011
Drs.
A. Kadir, M.H, Cara Mutakhir Menentukan
Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah (Fatwa Publishing: Semarang. 2014)
Dr.
Eng. Rinto Anugraha, M.Si., Mekanika
Benda Langit, (Gajah Mada University Press: Jogjakarta. 2012)
No comments:
Post a Comment