Sunday, 29 March 2015

PENGERTIAN DAN SEJARAH PENANGGALAN JAWA ISLAM

penanggalan jawa

Di Indonesia kita mengenal banyak system penanggalan, yang salahsatunya adalah model penanggalan jawa islam. Model penanggalan ini adalah perpaduan antara penanggalan “SOKO”, yang perhitungannya berdasarkan peredaran matahari mengelilingi bumi dengan penanggalan “HIJRIYAH” yang perhitungannya berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi.
Penanggalan soko merupakan penanggalan hindu, sedangkan permulaan tahunnya ialah pada hari sabtu, 14 maret 78 M, yakni satu tahun setelah dinobatkannya prabu syaliwahono (Aji Soko) sebagai raja di india. Oleh karenanya penanggalan ini lebih dikenal dengan penanggalan soko.
Penanggalan jawa islam ini bermula pada tahun 1633M yang bertepatan dengan 1043 H atau 1555 Soko. Pencetus penanggalan jawa ini adalah Sri Sultan Muhammad yang terkenal dengan nama Sultan Agung Anyokrokusumo yang bertahta di kerajaan islam mataram. Sri Sultan menggabungkan dua system penanggalan, yaitu tahunnya meneruskan tahun penanggalan soko (tahun 1555), sedangkan sistemnya menggunakan system penanggalan Hijriyah yang berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi. Oleh karenanya penanggalan ini dikenal dengan penanggalan jawa islam.
Dalam satu tahun penanggalan jawa islam terdapat 12 bulan, yakni: Suro, Sapar, Mulud, Bakdo Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, sawal, Dulkagidah (selo), dan Besar. Nama-nama bulan dalam penanggalan jawa menyerap dari nama-nama bulan penanggalan Hijriyah. Bulan-bulan ganjil berumur 30 hari sedangkan bulan genap 29 hari kecuali bulan ke 12 (besar) berumur 30 hari pada tahun panjang.
Dalam perhitungan penanggalan jawa ini terdapat beberapa perbedaan dengan penanggalan hijriyah, walaupun keduanya sama-sama menggunakan perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi. Dalam penanggalan jawa satu tahun berumur 354,375 hari (354 3/8 hari), sehingga siklus pada penanggalan jawa ini selam 8 tahun (1 windu). Dalam satu windu terdapat 3 tahun panjang (kabisat) yang jatuh pada tahun ke 2, 5 dan 8, pada tahun-tahun tersebut umurnya adalah 355 hari.
Tahun-tahun dalam satu windu (8 tahun) memiliki nama masing-masing menggunakan nama angka huruf jumali, dan nama-nama tahun tersebut juga bersangkutan dengan hari dan pasaran tanggal 1 syuro tahun alifnya.
Menurut system ini dalam satu tahun berumur 354,375 hari, maka dalam waktu 120 tahun akan terjadi selisih satu tahun kabisat dari tahun hijriyah. Oleh karena itu setiap 120 tahun ada pengurangan 1 tahun yang semestinya sebagai tahun kabisat menjadi tahun bashitoh. Oleh karenanya setiap 120 tahun juga terjadi perubahan nama satu tahun alif . Pada tahun 1555 J – 1626 J tahun alifnya adalah ajumgi (tahun alif jumat legi) karena tanggal 1 syuro tahun alif jatuh pada hari jumat legi, kemudian sejak tahun 1627 J- 1746 J tahun alifnya adalah amiswon (tahun alif kamis kliwon), tahun 1747 J- 1866 J tahun aboge (tahun alif rebo wage), tahun 1867 J- 1986 J tahun asapon (tahun alif selasa pon). Demikian pada tahun 1987 J – 2106 J adalah tahun anenhing (tahun alif senin phaing).
Demikian sedikit pengetahuan tentang penanggalan jawa islam, untuk cara dan contoh perhitungannya akan kami posting hari yang akan datang J

No comments: