Wednesday, 11 March 2015

Tokoh Pelopor dan Pendukung Teori Heliosentris

1.     Tokoh pelopor teori heliosentris
ý Aristarchus (310-230 SM)
Aristarchus adalah seorang ahli astronomi klasik berkebangsaan Yunani. Ia merupakan orang yang pertama kali mengumandangkan teori heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) sekaligus pembantah pertama terhadap pendapat Aristoteles dan juga Claudius Ptolomeus tentang teori geosentris-nya. Ia berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta (geosentris). Akan tetapi, bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang merupakan pusat tata surya. Dia juga meletakkan dasar bahwa bumi berputar pada sumbunya. Namun sayang, teori ini kurang mendapatkan respon dari masyarakat saat itu, karena pendukung Aristarchus amatlah sedikit jika dibandingkan dengan pengikut Aristoteles. Disamping itu, pada zaman tersebut, pandangan geosentris lebih populer dan merupakan teori yang disetujui oleh gereja yang kala itu memegang kendali dalam segala hal, sehingga pandangan Aristarchus tidak terlihat. Bahkan teori inipun mendapat kecaman keras dari pihak gereja sehingga Aristarcus tak dapat menyebarluaskan teori ini.

ý Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)
Nicolaus Copernicus adalah seorang staf katedral di Fruenburg. Lahir di kota Thorn, Polandia pada tanggal 19 Februari 1473. Kesukaannya pada astronomi membuatnya selalu menyisihkan waktu untuk mengamati gerakan benda-benda langit. Dia juga tekun membaca kitab Astronomi Yunani Kuno. Setelah bertahun-tahun menyelidiki bintang-bintang dan planet-planet, ia mendapatkan kesimpulan bahwa yang benar-benar berputar mengelilingi bumi itu hanya bulan saja sementara yang lainnya tidak. Bahkan, selain bulan itu berputar pada matahari termasuk juga bumi atau yang dikenal dengan teori heliosentris ini. Seperti pendapat Aristarchus, tata surya menurut Copernicus menjadikan matahari sebagai pusat dan planet serta bintang mengelilinginya. Planet-planet tersebut adalah merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, dan saturnus. Namun, ia tidak meninggalkan ide lama : orbit planet adalah lingkaran sempurna, sementara bintang ditempatkan diantara lingkaran orbit planet tadi. 
Copernicus terus mengkaji ulang teori Aristarchus dan mulai menuangkannya pada sebuah buku. Dia menyadari betul bahayanya, menentang pendapat gereja atau Paus saat itu, apalagi dia juga bekerja disana. Sehingga dia menyimpan bukunya dalam laci terkunci, sambil berusaha menyebarkan buah pikirannya kepada teman-temannya secara diam-diam .
Setelah 30 tahun, Copernicus tidak ingin membiarkan manusia terus terbelenggu dalam kesesatan astronomi. Mendapat desakan dari muridnya, Georg Joachim Rheticus (1514-1576), dia lalu menerbitkanbukunya yang  diberi judul De Revolutionibus Orbium Coelestium (revolusi gerak edar benda langit). Belum sempat menyaksikan bukunya beredar, dia lebih dulu meninggal pada 24 Mei 1543. Dia meninggal tepat ketika menerima cetakan pertama bukunya. Walaupun Copernicus telah wafat, bukunya telah menghidupkan kembali teori Aristarchus yang benar, tetapi dimatikan selama hampir 20 abad.[1]
Teori heliosentris Copernicus ini cukup menghebohkan dunia ilmiah Eropa pada saat itu, seiring dengan reformasi yang sedang berjalan. Akibatnya pada tahun 1616, Gereja Katolik bereaksi keras lalu memasukkan buku Copernicus ke dalam Index, yakni daftar buku-buku terlarang karena menghujat. Larangan ini baru dicabut pada tahun 1835.[2]
Pada masa Copernicus inilah dianggap sebagai tonggak awal perkembangan astronomi modern. Walaupun begitu, dalam teori heliosentris yang dikemukakan Copernicus masih terdapat beberapa kesalahan yang kemudian hari diselidiki dan disempurnakan lagi oleh ilmuwan-ilmuwan lainnya sehingga terbukti kebenarannya.

2.     Tokoh-tokoh pendukung teori heliosentris dan peranannya
1.     Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni (973-1051 M)
Al-Biruni lahir pada tanggal 15 september 973 di Kath, Khawarazm, daerah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kara-kalpakskaya, Uzbekistan. Al-Biruni dikenal sebagai ilmuwan dan filosof Muslim yang serba bisa. Dengan penguasaan beliau terhadap pelbagai ilmu pengetahuan dan bidang lainnya, beliau mendapatkan julukan sebagai “Ustadz fil ’ulum” atau guru segala ilmu dan ilmuan modern menyebut beliau professor par exellence.
Dalam wacana historisitas ilmu falak, tokoh yang pertama kali melakukan kritik tajam terhadap teori geosentris adalah Al-Biruni dengan asumsi tidak masuk akal karena langit yang begitu besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya. Dari temuan ini dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Biruni adalah peletak dasar teori heliosentris.[3]

2.     Giordano Bruno (1548-1600 M)
Giordano Bruno adalah seorang filsuf Italia yang merupakan seorang biarawan Dominikan, Neoplatonist, dan pengikut kultus Hermetik. Bruno adalah pendukung ide alam semesta Copernicus yang gigih. Karena pada saat itu teori heliosentris dianggap sebagai “ajaran sesat” dan siapa saja yang mendukungnyaakan dijatuhi hukuman, maka ia ditangkap dan oleh pengadilan divonis mati, lalu dijebloskan ke penjara terlebih dahulu. Tetapi Bruno tetap berpegang teguh pada kepercayaannya dan tidak mau mengubah pikirannya. Karenanya dia akhirnya dihukum mati dengan jalan dibakar hidup-hidup di Campo de Fiori, alun-alun pasar utama kota Roma pada bulan Februari 1600.

3.     Tycho Brahe (1546-1601 M)
Tycho merupakan ahli astronomi berkebangsaan Denmark, yang membuat pengamatan agar dapat menentukan apakah sistem Ptolomeus atau Copernicus yang lebih benar. Pada tahun 1576, ia mendirikan sebuah observatorium yang terkenal, yaitu Uraniborg, di pulau Hveen, Denmark, atas bantuan dari Raja Frederick II. Di tempat itu, ia melakukan pengamatan sistematik terhadap benda-benda langit dengan akurasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.Ia menyusun tabel luas posisi planet dan katalog bintang. Banyak data penting tentang alam semesta yang dicatatnya ternyata sangat berfaedah untuk ilmu astronomi pada masa kemudian.
Tycho kemudian menciptakan teori sendiri tentang peredaran benda-benda langit yang disebutnya sebagai Sistem Dunia Tychonic (teori geoheliosentris). Sistem ini menggabungkan teori geosentris dan heliosentris. Dia mendukung Copernicus bahwa planet-planet mengitari matahari, namun planet yang memutari matahari itu hanya Merkurius, Venus, Yupiter, dan Saturnus, sedangkan matahari dan bulan memutari bumi. Dengan demikian, dia tidak merasa menyerang teori Ptolomeus, tetapi juga tidak terang-terangan mendukung penuh teori Copernicus.Dan sistem ini bertahan hingga 70 tahun lamanya.[4]

4.     Johannes Kepler (1571-1630 M)
Dua tahun sebelum Tycho Brahe meninggal dunia, seorang astronom dan juga ahli matematika berkebangsaan Jerman bernama Johannes Kepler bergabung menjadi asistennya.[5]
Setelah kematian Tycho Brahe, Kepler mendapat akses kepemilikan atas hasil pengamatan Brahe. Dari data-data tersebut, ia mempersiapkan tabel planet baru yang disebut Tabel Rudolphine.[6]
Dengan data-data dan alat-alat dari Tycho Brahe pula, Johannes Kepler berhasil menyempurnakan pandangan heliosentris Copernicus yang menyatakan bahwa orbit planet berbentuk lingkaran sempurna. Kepler menyimpulkan bahwa orbit planet berbentuk oval, lonjong atau elips, dengan matahari berada pada salah satu titik fokusnya.[7]
Setelah bertahun-tahun mengkaji data-data yang ada, ia lalu merumuskan hukum-hukumempiris tentang pergerakan planet, yang kemudian dikenal dengan nama hukum Kepler. Melalui bukunya yang berjudul Astronomia Nova (Astronomi Baru), dia menerbitkan dua hukumnya terlebih dulu, dan 10 tahun kemudian baru menerbitkan hukum yang ketiga. Adapun hukum Kepler tersebut adalah sebagai berikut :
v Hukum I : Semua planet bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk elips, dengan matahari terletak di salah satu titik apinya.
v Hukum II : Luas sector elips yang disapu planet dalam waktu yang sama adalah sama besar. [Kepler mendapatkan hukum ini karena ia mengamati bahwa sebuah planet yang sedang terletak di dekat matahari akan bergerak lebih cepat dibandingkan jika berada jauh dari matahari].
v Hukum III : Perbandingan antara kuadrat periode sideris (periode mengelilingi matahari) sebuah planet dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari adalah tetap.[8]

5.     Galileo Galilei (1564-1642 M)
Galileo adalah seorang ahli astronomi yang lahir pada tahun 1564 di kota Pisa, Italia. Pada tahun 1609, Galileo memasang kombinasi beberapa lensa untuk membentuk teleskop astronomi yang pertama.
Melalui teleskop itu, ia menemukan bahwa Yupiter bukan sebuah titik cahaya kecil, tetapi sebuah bola besar dengan 4 bola pengiringnya (satelit), bumi hanya memiliki 1 bola pengiring yaitu bulan. Ia meneliti fase perjalanan Venus, Venus menunjukkan cahayanya yang sempurna saat dekat dengan matahari, ini tidak sesuai dengan teori Ptolomeus, tetapi sesuai dengan pendapat Copernicus. Ia juga menemukan cincin Saturnus, adanya jalur hitam di permukaan bulan dan adanya bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari dan lain-lain.[9]
Hasil pengamatannya menegaskan kembali bahwa ide Copernicus bukan hanya fenomena, tetapi memang benar adanya. Dan pada tahun 1632, Galileo menerbitkan bukunya yang terkenal dengan judul Dialogue Concerning The Two Chief System of The World(Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia) yang secara terang-terangan memihak teori heliosentris. Buku tersebut menggemparkan kalangan gereja yang pada saat itu memfatwakan bahwa teori heliosentris itu mengada-ada dan haram.
Setahun setelah penerbitan bukunya, pada musim dingin tahun 1633 M, ia dipanggil Komite Inquisisi dari gereja Katholik Roma dan tanggal 22 Juni 1633 ia diajukan ke pengadilan. Waktu itu usianya telah 70 tahun dan sering sakit-sakitan. Karena tidak tahan mengahadapi interogasi, ia bersedia menarik kembali dukungannya pada teori heliosentris Copernicus.Ia pun tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Tanggal 8 Januari 1642, Galileo meninggal dunia dengan status sebagai tahanan rumah, dan baru diampuni tahun 1992.

6.     Sir Isaac Newton (1642-1727 M)
Newton adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari Inggris. Newton lahir pada 25 Desember 1642, ia merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah. Bahkan ia dikatakan sebagai Bapak Ilmu Fisika Modern.[10]
Berdasarkan hukum-hukum Kepler, Newton kemudian merumuskan tiga hukum tentang gerak mekanik dan hukum gravitasi yang dituangkannya dalam buku Philosophiae Naturalis Principa Mathematicayang diterbitkan pada tahun 1687. Hukum Newton tentang gravitasi membuktikan kebenaran Kepler karena berhasil memprediksi gerak planet. Planet-planet taat pada hukum kuadrat terbalik Newton yang menyatakan jika dua buah benda dijauhkan satu sama lain, gaya tariknya melemah, sebanding dengan kuadrat jaraknya.
Newton memberi sumbangan penting lainnya terhadap pengamatan astronomi dengan penelitiannya mengenai cahaya dan optika. Di tahun 1668 ia membuat teleskop pemantul (reflektor) yang pertama di dunia.[11] Ia juga yang mengenalkan ilmu matematika kalkulus.

Demikian sedikit penjelasan tentang sejarah beberapa tokoh pelopor dan pendukung toeri heliosentris, mungkin banyak kesalahan dalam penulisan atau pengetahuan kamu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami hargai J



[1]Rohmat Haryadi, Ensiklopedia Astronomi Jilid 1 : Sejarah Astronomi, (Jakarta : Erlangga, 2008), hlm.22
[2] A.Gunawan Admiranto, Loc. Cit.
[3]Dr.H.Ahmad Izzuddin, M.Ag., Ilmu Falak Praktis, (Semarang : PT.Pustaka Rizki Putra, 2012),  hlm. 9-10
[4]Rohmat Haryadi, Op. Cit., hlm. 27
[5]Robin Kerrod, Bengkel Ilmu Astronomi, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm.38
[6] http://scienceworld.wolfram.com/biography/Kepler.html
[7]Rohmat Haryadi, Op. Cit., hlm.29
[8]A.Gunawan Admiranto, Loc. Cit.
[9] Dra.Maskufa, MA., Ilmu Falak, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), hlm.18
[10]http://nahdhayatullah.blogspot.com/2011/01/perkembangan-ilmu-astronomi-dalam-teori.html

No comments: