1. Tokoh
pelopor teori heliosentris
ý Aristarchus
(310-230 SM)
Aristarchus adalah seorang ahli
astronomi klasik berkebangsaan Yunani. Ia merupakan orang yang pertama kali
mengumandangkan teori heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) sekaligus
pembantah pertama terhadap pendapat Aristoteles dan juga Claudius Ptolomeus tentang
teori geosentris-nya. Ia berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta
(geosentris). Akan tetapi, bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang
merupakan pusat tata surya. Dia juga meletakkan dasar bahwa bumi berputar pada
sumbunya. Namun sayang, teori ini kurang mendapatkan respon dari masyarakat
saat itu, karena pendukung Aristarchus amatlah sedikit jika dibandingkan dengan
pengikut Aristoteles. Disamping itu, pada zaman tersebut, pandangan geosentris
lebih populer dan merupakan teori yang disetujui oleh gereja yang kala itu
memegang kendali dalam segala hal, sehingga pandangan Aristarchus tidak
terlihat. Bahkan teori inipun mendapat kecaman keras dari pihak gereja sehingga
Aristarcus tak dapat menyebarluaskan teori ini.
ý Nicolaus
Copernicus (1473-1543 M)
Nicolaus Copernicus adalah seorang staf
katedral di Fruenburg. Lahir di kota Thorn, Polandia pada tanggal 19 Februari
1473. Kesukaannya pada astronomi membuatnya selalu menyisihkan waktu untuk
mengamati gerakan benda-benda langit. Dia juga tekun membaca kitab Astronomi
Yunani Kuno. Setelah bertahun-tahun menyelidiki bintang-bintang dan
planet-planet, ia mendapatkan kesimpulan bahwa yang benar-benar berputar
mengelilingi bumi itu hanya bulan saja sementara yang lainnya tidak. Bahkan,
selain bulan itu berputar pada matahari termasuk juga bumi atau yang dikenal
dengan teori heliosentris ini. Seperti pendapat Aristarchus, tata surya menurut
Copernicus menjadikan matahari sebagai pusat dan planet serta bintang
mengelilinginya. Planet-planet tersebut adalah merkurius, venus, bumi, mars,
yupiter, dan saturnus. Namun, ia tidak meninggalkan ide lama : orbit planet
adalah lingkaran sempurna, sementara bintang ditempatkan diantara lingkaran
orbit planet tadi.
Copernicus terus mengkaji ulang teori
Aristarchus dan mulai menuangkannya pada sebuah buku. Dia menyadari betul
bahayanya, menentang pendapat gereja atau Paus saat itu, apalagi dia juga
bekerja disana. Sehingga dia menyimpan bukunya dalam laci terkunci, sambil
berusaha menyebarkan buah pikirannya kepada teman-temannya secara diam-diam .
Setelah 30 tahun, Copernicus tidak ingin
membiarkan manusia terus terbelenggu dalam kesesatan astronomi. Mendapat
desakan dari muridnya, Georg Joachim Rheticus (1514-1576), dia lalu
menerbitkanbukunya yang diberi judul De
Revolutionibus Orbium Coelestium (revolusi gerak edar benda langit). Belum
sempat menyaksikan bukunya beredar, dia lebih dulu meninggal pada 24 Mei 1543.
Dia meninggal tepat ketika menerima cetakan pertama bukunya. Walaupun
Copernicus telah wafat, bukunya telah menghidupkan kembali teori Aristarchus
yang benar, tetapi dimatikan selama hampir 20 abad.[1]
Teori heliosentris Copernicus ini cukup
menghebohkan dunia ilmiah Eropa pada saat itu, seiring dengan reformasi yang
sedang berjalan. Akibatnya pada tahun 1616, Gereja Katolik bereaksi keras lalu
memasukkan buku Copernicus ke dalam Index, yakni daftar buku-buku
terlarang karena menghujat. Larangan ini baru dicabut pada tahun 1835.[2]
Pada masa Copernicus inilah dianggap
sebagai tonggak awal perkembangan astronomi modern. Walaupun begitu, dalam teori
heliosentris yang dikemukakan Copernicus masih terdapat beberapa kesalahan yang
kemudian hari diselidiki dan disempurnakan lagi oleh ilmuwan-ilmuwan lainnya
sehingga terbukti kebenarannya.
2. Tokoh-tokoh
pendukung teori heliosentris dan peranannya
1. Abu
Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni (973-1051 M)
Al-Biruni lahir pada tanggal 15
september 973 di Kath, Khawarazm, daerah yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Kara-kalpakskaya, Uzbekistan. Al-Biruni dikenal sebagai ilmuwan dan
filosof Muslim yang serba bisa. Dengan penguasaan beliau terhadap pelbagai ilmu
pengetahuan dan bidang lainnya, beliau mendapatkan julukan sebagai “Ustadz fil
’ulum” atau guru segala ilmu dan ilmuan modern menyebut beliau professor par
exellence.
Dalam
wacana historisitas ilmu falak, tokoh yang pertama kali melakukan kritik tajam
terhadap teori geosentris adalah Al-Biruni dengan asumsi tidak masuk akal
karena langit yang begitu besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan
mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya. Dari temuan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa Al-Biruni adalah peletak dasar teori heliosentris.[3]
2. Giordano
Bruno (1548-1600 M)
Giordano
Bruno adalah seorang filsuf Italia yang merupakan seorang biarawan Dominikan,
Neoplatonist, dan pengikut kultus Hermetik. Bruno adalah pendukung ide alam
semesta Copernicus yang gigih. Karena pada saat itu teori heliosentris dianggap
sebagai “ajaran sesat” dan siapa saja yang mendukungnyaakan dijatuhi hukuman,
maka ia ditangkap dan oleh pengadilan divonis mati, lalu dijebloskan ke penjara
terlebih dahulu. Tetapi Bruno tetap berpegang teguh pada kepercayaannya dan
tidak mau mengubah pikirannya. Karenanya dia akhirnya dihukum mati dengan jalan
dibakar hidup-hidup di Campo de Fiori, alun-alun pasar utama kota Roma
pada bulan Februari 1600.
3. Tycho
Brahe (1546-1601 M)
Tycho merupakan ahli astronomi
berkebangsaan Denmark, yang membuat pengamatan agar dapat menentukan apakah
sistem Ptolomeus atau Copernicus yang lebih benar. Pada tahun 1576, ia
mendirikan sebuah observatorium yang terkenal, yaitu Uraniborg, di pulau Hveen,
Denmark, atas bantuan dari Raja Frederick II. Di tempat itu, ia melakukan
pengamatan sistematik terhadap benda-benda langit dengan akurasi yang belum
pernah dilakukan sebelumnya.Ia menyusun tabel luas posisi planet dan katalog
bintang. Banyak data penting tentang alam semesta yang dicatatnya ternyata
sangat berfaedah untuk ilmu astronomi pada masa kemudian.
Tycho
kemudian menciptakan teori sendiri tentang peredaran benda-benda langit yang disebutnya
sebagai Sistem Dunia Tychonic (teori geoheliosentris). Sistem ini menggabungkan
teori geosentris dan heliosentris. Dia mendukung Copernicus bahwa planet-planet
mengitari matahari, namun planet yang memutari matahari itu hanya Merkurius,
Venus, Yupiter, dan Saturnus, sedangkan matahari dan bulan memutari bumi.
Dengan demikian, dia tidak merasa menyerang teori Ptolomeus, tetapi juga tidak
terang-terangan mendukung penuh teori Copernicus.Dan sistem ini bertahan hingga
70 tahun lamanya.[4]
4. Johannes
Kepler (1571-1630 M)
Dua
tahun sebelum Tycho Brahe meninggal dunia, seorang astronom dan juga ahli
matematika berkebangsaan Jerman bernama Johannes Kepler bergabung menjadi
asistennya.[5]
Setelah kematian Tycho
Brahe, Kepler mendapat akses kepemilikan atas hasil pengamatan Brahe. Dari
data-data tersebut, ia mempersiapkan tabel planet baru yang disebut Tabel
Rudolphine.[6]
Dengan
data-data dan alat-alat dari Tycho Brahe pula, Johannes Kepler berhasil
menyempurnakan pandangan heliosentris Copernicus yang menyatakan bahwa orbit
planet berbentuk lingkaran sempurna. Kepler menyimpulkan bahwa orbit planet
berbentuk oval, lonjong atau elips, dengan matahari berada pada salah satu
titik fokusnya.[7]
Setelah
bertahun-tahun mengkaji data-data yang ada, ia lalu merumuskan
hukum-hukumempiris tentang pergerakan planet, yang kemudian dikenal dengan nama
hukum Kepler. Melalui bukunya yang berjudul Astronomia Nova (Astronomi
Baru), dia menerbitkan dua hukumnya terlebih dulu, dan 10 tahun kemudian baru
menerbitkan hukum yang ketiga. Adapun hukum Kepler tersebut adalah sebagai
berikut :
v Hukum
I : Semua planet bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk
elips, dengan matahari terletak di salah satu titik apinya.
v Hukum
II : Luas sector elips yang disapu planet dalam waktu yang sama adalah sama
besar. [Kepler mendapatkan hukum ini karena ia mengamati bahwa sebuah planet
yang sedang terletak di dekat matahari akan bergerak lebih cepat dibandingkan
jika berada jauh dari matahari].
v Hukum
III : Perbandingan antara kuadrat periode sideris (periode mengelilingi
matahari) sebuah planet dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari adalah
tetap.[8]
5. Galileo
Galilei (1564-1642 M)
Galileo
adalah seorang ahli astronomi yang lahir pada tahun 1564 di kota Pisa, Italia.
Pada tahun 1609, Galileo memasang kombinasi beberapa lensa untuk membentuk
teleskop astronomi yang pertama.
Melalui
teleskop itu, ia menemukan bahwa Yupiter bukan sebuah titik cahaya kecil,
tetapi sebuah bola besar dengan 4 bola pengiringnya (satelit), bumi hanya
memiliki 1 bola pengiring yaitu bulan. Ia meneliti fase perjalanan Venus, Venus
menunjukkan cahayanya yang sempurna saat dekat dengan matahari, ini tidak
sesuai dengan teori Ptolomeus, tetapi sesuai dengan pendapat Copernicus. Ia
juga menemukan cincin Saturnus, adanya jalur hitam di permukaan bulan dan
adanya bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan
rotasi matahari dan lain-lain.[9]
Hasil
pengamatannya menegaskan kembali bahwa ide Copernicus bukan hanya fenomena,
tetapi memang benar adanya. Dan pada tahun 1632, Galileo menerbitkan bukunya
yang terkenal dengan judul Dialogue Concerning
The Two Chief System of The World(Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia)
yang secara terang-terangan memihak teori heliosentris. Buku tersebut
menggemparkan kalangan gereja yang pada saat itu memfatwakan bahwa teori
heliosentris itu mengada-ada dan haram.
Setahun
setelah penerbitan bukunya, pada musim dingin tahun 1633 M, ia dipanggil Komite
Inquisisi dari gereja Katholik Roma dan tanggal 22 Juni 1633 ia diajukan ke
pengadilan. Waktu itu usianya telah 70 tahun dan sering sakit-sakitan. Karena
tidak tahan mengahadapi interogasi, ia bersedia menarik kembali dukungannya
pada teori heliosentris Copernicus.Ia pun tidak jadi dihukum mati tetapi
dikenakan tahanan rumah. Tanggal 8 Januari 1642, Galileo meninggal dunia dengan
status sebagai tahanan rumah, dan baru diampuni tahun 1992.
6. Sir
Isaac Newton (1642-1727 M)
Newton adalah
seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang
berasal dari Inggris. Newton lahir pada 25 Desember 1642, ia merupakan pengikut
aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah.
Bahkan ia dikatakan sebagai Bapak Ilmu Fisika Modern.[10]
Berdasarkan hukum-hukum Kepler, Newton
kemudian merumuskan tiga hukum tentang gerak mekanik dan hukum gravitasi yang
dituangkannya dalam buku Philosophiae Naturalis Principa Mathematicayang
diterbitkan pada tahun 1687. Hukum Newton tentang gravitasi membuktikan
kebenaran Kepler karena berhasil memprediksi gerak planet. Planet-planet taat
pada hukum kuadrat terbalik Newton yang menyatakan jika dua buah benda
dijauhkan satu sama lain, gaya tariknya melemah, sebanding dengan kuadrat
jaraknya.
Newton memberi
sumbangan penting lainnya terhadap pengamatan astronomi dengan penelitiannya
mengenai cahaya dan optika. Di tahun 1668 ia membuat teleskop pemantul (reflektor)
yang pertama di dunia.[11] Ia juga yang mengenalkan ilmu
matematika kalkulus.
Demikian sedikit penjelasan tentang sejarah beberapa
tokoh pelopor dan pendukung toeri heliosentris, mungkin banyak kesalahan dalam
penulisan atau pengetahuan kamu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami hargai J
[1]Rohmat
Haryadi, Ensiklopedia Astronomi Jilid 1 : Sejarah Astronomi, (Jakarta :
Erlangga, 2008), hlm.22
[3]Dr.H.Ahmad
Izzuddin, M.Ag., Ilmu Falak Praktis, (Semarang : PT.Pustaka Rizki Putra,
2012), hlm. 9-10
[4]Rohmat Haryadi, Op. Cit.,
hlm. 27
[5]Robin Kerrod, Bengkel
Ilmu Astronomi, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm.38
[6]
http://scienceworld.wolfram.com/biography/Kepler.html
[7]Rohmat Haryadi, Op. Cit.,
hlm.29
[9] Dra.Maskufa, MA., Ilmu Falak,
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), hlm.18
[10]http://nahdhayatullah.blogspot.com/2011/01/perkembangan-ilmu-astronomi-dalam-teori.html
No comments:
Post a Comment