Sunday, 22 March 2015

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak

    Menurut Emil Bother, Socrates mengatakan bahwa ilmu akhlak itu memiliki asas yang berbeda dengan tradisi-tradisi keagamaan. Ilmu akhlak sendiri tumbuh dan berkembang setelah dibawakan oleh bangsa yang pertama kali melakukan praktek penelitian dan yang mengetahui ilmu akhlak yaitu bangsa Yunani.
    Bangsa ini menyatakan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri dan hasil yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika tanpa adanya aspek agama dalam pemikiran tersebut. Sehingga dihasil yang dicapai tidak dapat maksimal. Namun hasil pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara fitrah telah dibekali dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung kepada kebaikan, disamping itu juga memiliki kecenderungan kepada keburukan, dan ingkar pada Tuhan. Namun kecenderungan kepada yang baik, bertuhan dan beragama jauh lebih besar dibandingkan dengan kecenderungan kepada buruk.
    Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates (469-399 SM). Selain dipengaruhi kebangsaan Yunani, ilmu akhlak juga tumbuh dan berkembang karena faktor religi yang dibawakan oleh para Nabi dan Rasul serta difirmankan dalam Al Qur’an.
    Sehingga dapat disimpulkan dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak sejak awal hingga saat ini yakni dipengaruhi oleh dasar-dasarnya, kalau pertama muncul ilmu akhlak hanya didasarkan pada pemikiran-pemikiran saja dan kemudian berkembang dengan didasarkan pada Al Qur’an dan Hadist.
Keadaan Ilmu Akhlak di luar Islam
    Ilmu akhlak di luar islam adalah pengetahuan-pengetahuan tentang akhlak yang tidak didasarkan pada al qur’an dan hadist.
Adapun akhlak-akhlak di luar islam sebagai berikut:
1.     Akhlak pada Bangsa Yunani
    Pertumbuhan dan Perkembangan akhlak pada bangsa Yunani terjadi setelah munculnya shopisticians atau orang-orang yang bijaksana ( 400-500 SM ) sedangkan sebelumnya, mereka hanya terfokus pada penyelidikan tentang alam.
    Dasar pemikir Yunani dalam mengkaji ilmu akhlak menggunakan pemikiran filsafat tentang manusia yang menunjukkan ilmu akhlak mereka lebih bersifat filosofis ( bertumpu pada kajian potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia). Filosof Yunani yang pertama kali membawakan ilmu akhlak yakni Socrates, setelah itu muncul filosof-filosof dari golongan pengikutnya seperti, Cynics dan Cyrenics yang menurut pandangannya ilmu akhlak itu terlihat dari bagaimana seseorang menanggapi kemewaha dunia, selain itu ada pula Plato, Aristoteles, Stoics, dan Epicurius.
     Pikiran dan pendapat para ilmuan berbeda-beda, namun tujuan mereka adalah satu yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka, mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.

2.     Akhlak Agama Nasrani
    Pada akhir abad ketiga masehi, tersiarlah agama nasrani di Eropa. Agama nasrani mampu mengubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak dalam Taurat dan Injil. Menurut agama ini, Tuhan  adalah sumber akhlak. Ajaran akhlak pada agama nasrani bersifat Teo-centris ( memusat pada Tuhan ), dan Sufistik ( bercorak batin ). Sehingga ilmu akhlak yang berkembang di agama Nasrani yang dibawakan para pendeta lebih berpedoman pada Taurat ataupun Injil.
3.     Akhlak Bangsa Romawi
     Pada abad pertengahan, gereja memerangi filsafat Yunani dan Nasrani, serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “ hakikat” telah diterima dari wahyu, apa yang diperintahkan dari wahyu tentu benar,maka tidak ada artinya lagi menyelidiki tentang kenyataan ( hakikat ) itu. Corak ajaran akhlak yang digunakan adalah perpaduan antara filsafat Yunani dan ajaran agama Nasrani.
4.     Akhlak Bangsa Arab
    Pada zaman Jahiliyah, Bangsa Arab tidak mempunyai ahli-ahli filsafat tetapi mereka mempunyai ahli syi’ir dan ahli hikmah yang mana setiap syi’ir mereka selalu menyinggung tentang apa kebaikan dan keburukan akhlak, dan berkat akhlaqul karimah yang diajarkan islam pula, bangsa Arab menjadi maju dan unggul di segala bidang.
5.     Akhlak Agama Hindu
    Akhlak Hindu berdasarkan kitab weda ( 1500 SM ), yang berisi dasar-dasar ketuhanan serta mengajarkan prinsip-prinsip akhlak Hindu yang wajib dipegang teguh oleh pengikut-pengikutnya.
    Akhlak mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang mereka anut sesuai dengan kitab Weda tersebut.
Tanda-tanda yang dipandang baik dalam akhlak agama Hindu:
a.     Kemerdekaan
b.     Kesehatan
c.      Kekayaan
d.     Kebahagiaan

6.     Akhlak Agama Budha
Tokoh ajaran Budha adalah Sidarta Gautama
Pokok-pokok dalam ajaran Budha:
a.     Sengsara, sakit sebagai keadaan yang lazim dalam alam ini
b.     Kembali ke dalam dunia ( reinkarnasi ) disebabkan kotornya roh dengan nafsu  syahwat terdahulu
c.      Untuk menyelamatkan diri dalam usaha pencapaian nirwana, maka hendaklah melepaskan diri dari segala pengaruh syahwat
d.     Wajib menjauhkan segala rintangan yang menghalangi seseorang dalam melepaskan nafsu syahwatnya.
Keadaan Ilmu Akhlak di Zaman Islam
    Akhlak dalam ajaran islam berdasarkan al qur’an dan hadist. Ilmunya disebut ilmu akhlak yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari akhlak manusia yang berdasarkan pada al qur’an dan hadist. Ajaran akhlak islam mengalami titik sempurna, dengan titik pangkal pada Tuhan dan akal manusia. Hal tersebut terbukti dengan bermunculnya tokoh-tokoh ahli pikir islam terkemuka, yakni Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub( Ibnu Maskawaih 170-240 H ) yang mana pemikirannya dituangkan dalam bukunya Tahdzibul Akhlaq,  Ikhwanusshafa ( 922-1012 M ), Zaid bin Rifa’ah, Imam Al- Ghazali (1058-1111 M ) dan bukunya “Ihya Ulumuddin”, dan lain-lain.
    Sehingga dapat disimpulkan ilmu akhlak yang ada pada zaman Islam sangat mengokohkan pedomannya pada Al Qur’an dan Hadist, untuk itu akhlak juga dapat dikatakan sebagai bagian dari syari’at Islam.
Keadaan Ilmu Akhlak di Zaman Baru
    Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli ilmu pengetahuan menghidupsuburkan filsafat Yunani kuno di seluruh Eropa. Ahli filsafat Prancis yaitu Descrates termasuk pendiri filsafat baru dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, ia telah menciptakan dasar-dasar baru diantaranya adalah:
1.     Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya
2.     Di dalam penyelidikan harus dimulai dari yang sekecil-kecilnya, yang semudah-mudahnya, yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat pengertiannya sehingga tercapai tujuan
3.     Wajib menetapkan suatu hukum dan kebenaran, sehingga dapat dibuktikan kebenarannya.
Dari zaman ke zaman akhlak manusia mengalami berbagai perubahan, ada yang bertambah baik, adapula yang bertambah buruk. Semua itu karena keadaan yang dialaminya.
Berikut faktor-faktor perubahan akhlak manusia dari zaman ke zaman:
1)    Pemerintahannya
2)    Agama dan keyakinannya
3)    Ilmunya
4)    Kebudayaannya
5)    Negaranya
6)    Tempat tinggalnya
7)    Harta bendanya
8)    Keluarganya
9)    Kedudukannya
10)                        Keberaniannya.
            SELANJUTNYA>>>

No comments: