Menurut Emil Bother, Socrates mengatakan bahwa ilmu akhlak itu
memiliki asas yang berbeda dengan tradisi-tradisi keagamaan. Ilmu akhlak
sendiri tumbuh dan berkembang setelah dibawakan oleh bangsa yang pertama kali
melakukan praktek penelitian dan yang mengetahui ilmu akhlak yaitu bangsa
Yunani.
Bangsa ini menyatakan bahwa masalah
akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri
dan hasil yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika tanpa
adanya aspek agama dalam pemikiran tersebut. Sehingga dihasil yang dicapai
tidak dapat maksimal. Namun hasil pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah,
karena manusia secara fitrah telah dibekali dengan potensi bertuhan, beragama
dan cenderung kepada kebaikan, disamping itu juga memiliki kecenderungan kepada
keburukan, dan ingkar pada Tuhan. Namun kecenderungan kepada yang baik,
bertuhan dan beragama jauh lebih besar dibandingkan dengan kecenderungan kepada
buruk.
Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak
adalah Socrates (469-399 SM). Selain dipengaruhi kebangsaan Yunani, ilmu akhlak
juga tumbuh dan berkembang karena faktor religi yang dibawakan oleh para Nabi
dan Rasul serta difirmankan dalam Al Qur’an.
Sehingga dapat disimpulkan dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak
sejak awal hingga saat ini yakni dipengaruhi oleh dasar-dasarnya, kalau pertama
muncul ilmu akhlak hanya didasarkan pada pemikiran-pemikiran saja dan kemudian
berkembang dengan didasarkan pada Al Qur’an dan Hadist.
Keadaan Ilmu Akhlak di luar Islam
Ilmu akhlak di luar islam
adalah pengetahuan-pengetahuan tentang akhlak yang tidak didasarkan pada al
qur’an dan hadist.
Adapun akhlak-akhlak di luar islam sebagai berikut:
1.
Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan Perkembangan akhlak pada
bangsa Yunani terjadi setelah munculnya shopisticians atau orang-orang yang
bijaksana ( 400-500 SM ) sedangkan sebelumnya, mereka hanya terfokus pada
penyelidikan tentang alam.
Dasar pemikir Yunani dalam mengkaji ilmu
akhlak menggunakan pemikiran filsafat tentang manusia yang menunjukkan ilmu
akhlak mereka lebih bersifat filosofis ( bertumpu pada kajian potensi kejiwaan
yang terdapat dalam diri manusia). Filosof Yunani yang pertama kali membawakan
ilmu akhlak yakni Socrates, setelah itu muncul filosof-filosof dari golongan
pengikutnya seperti, Cynics dan Cyrenics yang menurut pandangannya ilmu akhlak
itu terlihat dari bagaimana seseorang menanggapi kemewaha dunia, selain itu ada
pula Plato, Aristoteles, Stoics, dan Epicurius.
Pikiran dan pendapat para ilmuan
berbeda-beda, namun tujuan mereka adalah satu yaitu menyiapkan angkatan muda
bangsa Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka, mengetahui
kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
2.
Akhlak Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga masehi, tersiarlah
agama nasrani di Eropa. Agama nasrani mampu mengubah pikiran manusia dan
membawa pokok-pokok ajaran akhlak dalam Taurat dan Injil. Menurut agama ini,
Tuhan adalah sumber akhlak. Ajaran
akhlak pada agama nasrani bersifat Teo-centris ( memusat pada Tuhan ), dan
Sufistik ( bercorak batin ). Sehingga ilmu akhlak yang berkembang di agama
Nasrani yang dibawakan para pendeta lebih berpedoman pada Taurat ataupun Injil.
3.
Akhlak Bangsa Romawi
Pada abad pertengahan, gereja memerangi
filsafat Yunani dan Nasrani, serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “ hakikat” telah diterima dari wahyu,
apa yang diperintahkan dari wahyu tentu benar,maka tidak ada artinya lagi
menyelidiki tentang kenyataan ( hakikat ) itu. Corak ajaran akhlak yang
digunakan adalah perpaduan antara filsafat Yunani dan ajaran agama Nasrani.
4.
Akhlak Bangsa Arab
Pada zaman Jahiliyah, Bangsa Arab tidak
mempunyai ahli-ahli filsafat tetapi mereka mempunyai ahli syi’ir dan ahli
hikmah yang mana setiap syi’ir mereka selalu menyinggung tentang apa kebaikan
dan keburukan akhlak, dan berkat akhlaqul karimah yang diajarkan islam pula,
bangsa Arab menjadi maju dan unggul di segala bidang.
5.
Akhlak Agama Hindu
Akhlak Hindu berdasarkan kitab weda ( 1500
SM ), yang berisi dasar-dasar ketuhanan serta mengajarkan prinsip-prinsip
akhlak Hindu yang wajib dipegang teguh oleh pengikut-pengikutnya.
Akhlak mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan
yang mereka anut sesuai dengan kitab Weda tersebut.
Tanda-tanda
yang dipandang baik dalam akhlak agama Hindu:
a.
Kemerdekaan
b.
Kesehatan
c.
Kekayaan
d.
Kebahagiaan
6.
Akhlak Agama Budha
Tokoh
ajaran Budha adalah Sidarta Gautama
Pokok-pokok
dalam ajaran Budha:
a.
Sengsara, sakit sebagai keadaan yang lazim dalam alam ini
b.
Kembali ke dalam dunia ( reinkarnasi ) disebabkan kotornya roh
dengan nafsu syahwat terdahulu
c.
Untuk menyelamatkan diri dalam usaha pencapaian nirwana, maka
hendaklah melepaskan diri dari segala pengaruh syahwat
d.
Wajib menjauhkan segala rintangan yang menghalangi seseorang dalam
melepaskan nafsu syahwatnya.
Keadaan Ilmu Akhlak di Zaman Islam
Akhlak dalam ajaran islam
berdasarkan al qur’an dan hadist. Ilmunya disebut ilmu akhlak yaitu suatu
pengetahuan yang mempelajari akhlak manusia yang berdasarkan pada al qur’an dan
hadist. Ajaran akhlak islam mengalami titik sempurna, dengan titik pangkal pada
Tuhan dan akal manusia. Hal tersebut terbukti dengan bermunculnya tokoh-tokoh
ahli pikir islam terkemuka, yakni Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub( Ibnu
Maskawaih 170-240 H ) yang mana pemikirannya dituangkan dalam bukunya
Tahdzibul Akhlaq, Ikhwanusshafa (
922-1012 M ), Zaid bin Rifa’ah, Imam Al- Ghazali (1058-1111 M ) dan
bukunya “Ihya Ulumuddin”, dan lain-lain.
Sehingga dapat
disimpulkan ilmu akhlak yang ada pada zaman Islam sangat mengokohkan pedomannya
pada Al Qur’an dan Hadist, untuk itu akhlak juga dapat dikatakan sebagai bagian
dari syari’at Islam.
Keadaan Ilmu Akhlak di Zaman Baru
Pada abad pertengahan
ke-15 mulailah ahli-ahli ilmu pengetahuan menghidupsuburkan filsafat Yunani
kuno di seluruh Eropa. Ahli filsafat Prancis yaitu Descrates termasuk pendiri
filsafat baru dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, ia telah menciptakan
dasar-dasar baru diantaranya adalah:
1.
Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata
adanya
2.
Di dalam penyelidikan harus dimulai dari yang sekecil-kecilnya, yang
semudah-mudahnya, yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat pengertiannya
sehingga tercapai tujuan
3.
Wajib menetapkan suatu hukum dan kebenaran, sehingga dapat
dibuktikan kebenarannya.
Dari
zaman ke zaman akhlak manusia mengalami berbagai perubahan, ada yang bertambah
baik, adapula yang bertambah buruk. Semua itu karena keadaan yang dialaminya.
Berikut
faktor-faktor perubahan akhlak manusia dari zaman ke zaman:
1)
Pemerintahannya
2)
Agama dan keyakinannya
3)
Ilmunya
4)
Kebudayaannya
5)
Negaranya
6)
Tempat tinggalnya
7)
Harta bendanya
8)
Keluarganya
9)
Kedudukannya
10)
Keberaniannya.
No comments:
Post a Comment