Wednesday, 18 March 2015

SEJARAH KIBLAT PADA MASA PraISLAM

Kiblat dalam islam merujuk pada bangunan ka’bah, yang merupakan tempat peribadatan paling terkenal dalam islam, atau sering juga disebut dengan Baitullah (the temple or house of God)[1]. Dalam The Encyclopedia of Religion dijelaskan bahwa bangunan ka’bah ini merupakan bangunan yang dibangun dari batu-batu (granit) makkah yang kemudian dibangun menjadi bangunan berbentuk kubus dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter, dan lebar 11 meter.[2]
Batu-batu yang digunakan untuk membangun batu ini berasaldari 5 pegunungan, yakni: Sinai, al-Judi, Hira, Ovilet, dan Lebanon. Menurut Yaqut al-Hamawi ahli sejarah dari irak, peletak dasar ka’bah di bumi adalah Nabi Adam AS, karena lokasi ka’bah berada di lokasi kemah Nabi Adam AS setelah diturunkan Allah SWT ke bumi.[3] Kemudian pada masa Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, lokasi tersebut digunakan untuk membangun sebuah rumah ibadah. Bangunan ini merupakan rumah ibadah pertama yang dibangun, berdasarkan ayat dalam QS. Ali Imran, ayat 96.

¨bÎ) tA¨rr& ;MøŠt/ yìÅÊãr Ĩ$¨Y=Ï9 Ï%©#s9 sp©3t6Î/ %Z.u$t7ãB Yèdur tûüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÒÏÈ  
96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[214].

[214] Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.
Dan juga sebagai mana terdapat dalam QS. AL-Baqarah ayat 125.

øŒÎ)ur $uZù=yèy_ |MøŠt7ø9$# Zpt/$sWtB Ĩ$¨Z=Ïj9 $YZøBr&ur (#räσªB$#ur `ÏB ÏQ$s)¨B zO¿Ïdºtö/Î) ~?|ÁãB ( !$tRôÎgtãur #n<Î) zO¿Ïdºtö/Î) Ÿ@Ïè»yJóÎ)ur br& #tÎdgsÛ zÓÉLøt/ tûüÏÿͬ!$©Ü=Ï9 šúüÏÿÅ3»yèø9$#ur Æìž29$#ur ÏŠqàf¡9$# ÇÊËÎÈ  
125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

[89] Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.

Dalam pembangunan tersebut Nabi Ismail AS mendapatkan Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikat Jibril di Jabal Qubais, lalu meletakkannya divsudut tenggara bangunan. Sebutan ka’bah ini berasal dari kata mu’kab yang artinya kubus, karena ka’bah berbentuk kubus. Ketika itu ka’bah belum berdaun pintu dan belum ditutupi kain. Orang pertama yang memuat daun pintu dan menutupi ka’bah dengan kain adalah Raja Tubba’ dari Dinasti Himyar (pra islam) di Najran (daerah yaman).
Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan ka’bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza’ah yang kemudian memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan ka’bah di pegang oleh kabilah-kabilah Quraisy yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi Ismail.
Menjelang kedatangan islam, ka’bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Ia menghoasi pintunya dengan emas yang ditemukan ketika menggali sumur zam-zam. Ka’bah pada masa ini sangat menarik perhatian banyak orang, sehingga memancing Abrahah, gubernur Najran, yang saat itu merupakan daerah bagian kerajaan Habasyah (sekarang Ethiopia) memerintahkan penduduknya, yaitu Abdul Madan bin ad-Dayyan al-Harisi yang beragama Nasrani untuk membangun tempat peribadatan seperti bentuk ka’bah di Makkah untuk menyainginya. Bangunan tersebut disebut Bi’ah yang kemudian digunakan oleh penduduk Najran dan dipelihara oleh uskup-uskup.
Ka’bah sebagai bangunan pusaka purbakala semaki rapuh dimakan usia, sehingga banyak bagian-bagian yang retak bengkok. Selain itu Makkah juga pernah dilanda banjir hingga menggenangi ka’bah dan meretakkan bangunan-bangunan ka’bah yang memang sudah rusak.
Pada saat itu orang-orang Quraisy berpendapt perlu diadakan renovasi bangunan ka’bah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat suci. Dalam renovasi ini turut serta pemimpin-pemimpin kabilah dan para pemuka masyarakat quraisy. Setiap kabilah mendapat satu sudut bangunan yang harus dirombak dan dibangun kembali.
Setelah penaklukan kota Makkah pemeliharaan ka’bah dipegang oleh kaum muslimin. Dan berhala-berhala sebagai lambing kemusrikan yang terdapat di sekitarnyapun dihancurkan oleh kaum muslimin.

SELANJUTNYA>>>


[1] C. E. Bostworth, et. al (ed), The Encylopedia Of Islam, vol. IV,( Leiden: E. J. Brill, 1978), hal. 317.
[2] Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, Vol.7, (New York: Macmillan Publishing Company) hal. 225.
[3] Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. Ke-1, 1992), hal.944

No comments: